POSTCARD FROM BALI
we send you a message through a postcard from our little tiny island called Bali.
KETEMU PROJECT
Projects Manager for Merayakan Murni, conceptualized by Ketemu Project Space, Bali.
|
SENIDIBALI
Founder of @senidibali an online platform for promoting art and creative events in Bali.
|
FUTUWONDER
Futuwonder is a cross-disciplinary collective who works in a platform for developing arts and visual arts discourse as well as supporting the development of activities for women.
|
featured project
TANDA SERU!
With Futuwonder, I curated 8 female artists from different backgrounds to talk about women issues in Indonesia particularly related to their daily experiences, critically reviewing and observing patriarchal, social and environmental situations. “Tanda Seru!” present as a call for hope, to raise questions, and open dialogue about the emancipation of women in Indonesia.
MASA SUBUR: Efek Samping
Futuwonder mengundang para perempuan pekerja seni di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam panggilan terbuka proyek “Masa Subur” di Karja Art Space, Ubud, Bali! Pameran kolektif perdana ini berlangsung bulan Oktober 2018, dengan judul Masa Subur: Efek Samping!
Tergerak dari kegelisahan pribadi tentang rendahnya partisipasi dan kemunculan perupa perempuan dalam skena seni di Bali yang masih didominasi oleh kaum lelaki; saya berusaha mengumpulkan kawan yang mempunyai keresahan yang sama. Bersama dengan Savitri Sastrawan, Putu Sridiniari dan Citra Sasmita kami mencoba memetakan apa yang menjadi sebab kurangnya partisipasi dan jumlah perupa perempuan di Bali. Metode yang coba saya terapkan untuk permulaan adalah dengan menyelenggarakan satu pameran seni rupa yang mengundang perupa peremuan baik yang berdomisili di Bali maupun diluar Bali untuk turut dalam seleksi panggilan terbuka. Terpilihlah 25 perupa yang setidaknya mewakili berbagai gagasan dan ragam gaya dari sebagian wilayah di Indonesia. Melalui pameran ini terbentuklah sebuah jejaring yang saling menguatkan dan memberi semangat berkarya satu sama lain. Bagi saya pribadi, hal ini sudah menjadi sebuah pencapaian kecil yang terasa manis :)
Faces of Bali
we amaze and adore Bali's colours, beauty, and hospitality of the people. we capture and exhibit faces of bali as part of our project #rekamwajah and to celebrate the 1st anniversary of #LittleTalksUbud a hidden gem in heart of Ubud.
Merayakan setahun Little Talks Ubud, saya dan teman-teman diundang untuk meracik sebuah showcase foto. Dalam kesempatan ini, saya mengajak teman-teman pemburu gambar ini untuk merespon tentang "wajah Bali" dalam format foto portrait. Faces of Bali #rekamwajah menjadi tajuk utama karena saya melihat fenomena komunitas foto khususnya yang menggemari foto budaya banyak mengejar paras-paras cantik dan gagah orang-orang Bali dalam balutan pakaian adat dalam kesempatan upacara atau perayaan tertentu. Tapi, dibalik paras cantik dan gagah ini, adakah Bali secantik dan segagah itu? Bali kalau boleh saya bilang "dipaksa" untuk terus terlihat cantik, anggun, megah, gagah supaya pariwisata tetap bisa berjalan sebagai motor ekonomi utama. Akan tetapi, didalamnya kondisi tanah Bali semakin tergerus dengan pembangunan berlebihan, pertumbuhan penduduk pendatang baik lokal maupun mancanegara yang terus berinvestsi untuk mengubah sawah menjadi beton. Sampai kapan citra cantik ini terus-terusan digawang-gawangkan, padahal alamnya semakin hari semakin rusak dan tidak cantik lagi? Julukan Mooi Indie yang diagung-agungkan pelukis di era 30-an yang jatuh hati pada Bali karena kecantikan alamnya, barangkali dalam beberapa tahun ke depan hanya bisa dinikmati lewat jejak lukisan-lukisan dan foto-foto jaman dulu. Jangan-jangan generasi anak cucuk kita hanya dapat merasakan cantiknya wajah Bali yang artifisial.
Rekam Jalan
Photo and illustration exhibition, exhibited at Tukang Kopi District, from 31 May - 30 June 2017.
I exhibited 3 of my photos that represent the theme Rekam Jalan. |
|
Merayakan Murni
In 2015/2016, KETEMU PROJECT SPACE initiated, conceptualized and organized a project named “Merayakan Murni / Celebrating Murni”. This project gathers artists and writers to create works in response to the legacy of late Balinese artist, I GAK Murniasih (or “Murni” in short). Murni is considered as one of the most important female artists in Balinese Art. The ideas that she presents in her work, extends beyond her brief life and remains critical to contemporary society. This project aims to platform creative discussions on the issues surrounding Murni’s legacy in the topics of gender, society and art, in collaboration with a community of local and international artists.
A group exhibition featuring the works of I GAK Murniasih and participating artists was exhibited in Sudakara Art Space in Sanur-Bali, from 16th July – 18 September 2016. The project has invited 15 other artists from Bali as well as various other countries to be in conversation with Murni’s life and her works. These artists include: Citra Sasmita (Idn), Dewa Putu Mokoh (Idn), Edmondo Zanolini (Ita), Imhathai Suwatthanasilp (Tha), Made Bayak Ft. Kartika Dewi & Damar Langit Timur (Idn), Marieke Warmelink (Nld), Mella Jaarsma (Idn), Mintio (Sgp), Natasha Lubis (Idn), Ngakan Putu Agus Arta Wijaya(Idn), Oototol (Idn), Punia Atmaja (Idn), Ila(Sgp), Wawi Navarroza (Phl), Wholesome Nila (Sgp). |